Copyright © Bandung dari Kacamata Pendatang
Design by Dzignine
Monday, May 5, 2014

Bandung Kota Kembang? Not Really. It's Kota Ramen!

Selamat Warga Bandung, setelah menyandang gelar kota mode, kota kembang, kota kebudayaan, dll. Kota Anda berhak menyandang 1 gelar lagi sebagai KOTA RAMEN.

Salah satu metode paling gampang untuk menentukan julukan bagi sebuah kota adalah dengan bertanya pada warga apa yang terkenal di kotanya. Sebuah survei kecil saya lakukan ke 10 orang teman dari Bandung dengan pertanyaan yang sederhana sekali, "Apa sih yang populer di Bandung?" Dan 6 dari 10 orang menjawab RAMEN pada kesempatan pertama.


Memang benar, dari ujung jalan sampai ketemu ujung lagi, ada ajaa ramenn dimana-mana. Mulai dari gerai di mall besar sampai kedai kecil di pinggir jalan. Mungkin saking booming nya, ada juga ternyata seorang pendakwah kondang di Bandung yang melihat pasar dan membuka kedai ramen di dekat "wilayahnya".

Saya tidak pernah menemukan asal muasal tren ramen ini, tapi lagi-lagi mari kita coba lakukan analisa (ngasal) dan seperti inilah hasilnya..





  • Sekitar tahun 2010 adalah masa jaya nya J-Pop di Indonesia. Jenis musik yang seperti ini biasanya mudah diterima oleh anak muda. Dan karena Bandung memiliki banyak anak muda yang kreatif maka tren J-Pop dengan mudah terbawa ke Bandung.
  • Ketika suatu kultur baru diterima maka secara tidak langsung embel-embel dari kultur tersebut akan ikut terbawa juga, apalagi yang namanya makanan. Karena bentuknya yang relatif standar dan familiar maka ramen pun mudah diterima (coba bandingkan dengan sashimi dan teman-temannya yang mentah2 itu, yaaiksss!)
  • Bandung kota nya cukup dingin, jadi SEGALA sesuatu yang panas dan hangat bisa diterima baik positif maupun negatif, hehehe :P
  • Selama ini mie-mie an identik dengan anak kos. Dan karena di Bandung banyak anak kos, maka mie ramen ini disamakan derajatnya dengan mie rebus! *ini murni ngasal*
Jujur saya ga menyangka tren makanan ini bertahan cukup lama bahkan merambah ke ranah daily food, karena melihat tren makanan yang lain macam cupcakes, rainbow cake, yang sekarang mulai lekang oleh waktu. Padahal jujur lagi, menurut saya rata2 rasa ramen yang dijual sudah Indonesianize *alias di Indonesia - kan*

Mana ada ramen asli yang topping nya chicken katsu, telor ceplok sampe kerupuk @-) 

Kalau ramen asli kata kawan saya ada pilihan kaldu apakah mau ikan, ayam, atau babi. Kalau ramen ala Bandung ini rasa kaldunya ga nendang2nya!! Rasa ayamnya seakan cuma numpang nyelup doank :(

Mungkin yang membuat tren ramen ini tetep jalan di pasaran adalah..
Dua jempol buat para penguasaha ramen yang membuat ramen ini jadi macam2 bentuknya, toppingnya, namanya, sampai paket2 yang ditawarkan. Pada dasarnya manusia kreatif dilengkapi dengan rasa penasaran untuk mencoba hal2 yang aneh dan terdengar baru. Anak2 Bandung saya akui memiliki ambience yang mendukung pola pikir mereka menjadi kreatif. Jadi cucoklah pola bisnis yang dijalankan.
Dan saya pun mengakui bahwa suatu produk yang disukai oleh banyak orang bukan hanya produk yang memiliki nilai orisinalitas, namun yang juga mampu mengikuti selera konsumennya.
Oke barangkali komplain saya terhadap rasa ramen adalah karena saya seringnya makan ramen yang pinggiran dengan harga 20ribuan dan bukan yang nge-mall dengan harga 50ribuan.

PS: Ini bisa jadi rekomendasi ramen (= ramyun - korea) juga lho! Murah meriah hanya 9ribu saja

Atau barangkali saya yang belum nemu kedai ramen yang cocok dengan lidah saya ya :>

Ada yang mau memberikan rekomendasi? :)






0 comments:

Post a Comment